Minggu, 23 September 2012

Tinjauan tentang Pentingnya Apresiasi Cyber Extension di Lingkungan BP2KP Kabupaten Serang

admin serang
admin cyber extension serang
Cyber extension merupakan salah satu mekanisme pengembangan jaringan komunikasi informasi inovasi pertanian yang terprogram secara efektif dengan mengimplementasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam sistem komunikasi inovasi atau penyuluhan pertanian yang diharapkan dapat meningkatkan keberdayaan petani melalui penyiapan informasi pertanian yang tepat waktu dan relevan kepada petani untuk mendukung proses pengambilan keputusan berusahatani untuk meningkatkan produktivitasnya.
Cyber extension merupakan salah satu media baru dalam komunikasi inovasi pertanian yang dapat difungsikan untuk mempertemukan lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan diseminator inovasi (penyuluh), pendidik, petani, dan kelompok stakeholders lainnya yang masing-masing memiliki kebutuhan dengan jenis dan bentuk informasi yang berbeda sehingga dapat berperan secara sinergis dan saling melengkapi (Sumardjo et al. 2009 dan Mauren 2009),-Retno Sri Hartati Mulyandari dalam Ringkasan Disertasi Pemanfaatan Cyber Extension dalam Pemberdayaan Petani Sayuran. 2010
Selanjutnya dikemukan juga disana, bahwa penyebab lemahnya fungsi sistem informasi pertanian pada umumnya di antaranya adalah:
1) Adanya distorsi kegiatan komunikasi inovasi (Tamba 2007),
2) Kualitas sumber informasi pertanian umumnya masih rendah dan terbatasnya kemampuan sumber informasi dalam menyediakan informasi pertanian yang relevan dan tepat waktu (Anwas 2009), dan
3) Belum dimanfaatkannya secara optimal teknologi informasi dan komunikasi secara bijaksana untuk pengelolaan dan akses inovasi pertanian (Sumardjo et al. 2009).
Penelitian ini setidak-tidaknya memberikan gambaran kepada kita, untuk bisa ikut memberikan solusi dengan mencari pemecahan masalah sebagai berikut : Bagaimana strategi yang tepat untuk memanfaatkan cyber extension sebagai media komunikasi dalam pemberdayaan petani.
Kemudian dalam tinjauan pustakanya Retno Sri Hartati Mulyandari, 2010 menjelaskan, Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada teori multi-step-flow communication dari Katz dan Lazarsfeld (1973) didukung dengan model berbagi informasi dari Huysman dan Wit (2003), pemantapan mekanisme kerja pemanfaatan cyber extension sebagai media komunikasi untuk pemberdayaan petani dapat dikategorikan dalam empat tipe rekomendasi utama yang dapat diimplementasikan sesuai dengan kondisi dan situasi di lapangan. Keempat rekomendasi pemanfaatan cyber extension disajikan sebagai berikut.
1. Pemanfaatan cyber extension oleh petani maju dan disebarkan kepada petani lain melalui berbagai media komunikasi yang ada di tingkat lokal
Pemanfaatan cyber extension pada tipe pertama adalah petani maju yang memiliki akses terhadap teknologi informasi baik memiliki sendiri maupun memanfaatkan sarana akses informasi berbasis teknologi informasi yang ada di lingkungannya. Petani maju ini merupakan petani yang memiliki tingkat kekosmopolitan tinggi, memiliki persepsi terhadap karakteristik cyber extension yang positif, tingkat keterlibatan dalam kelompok tinggi, dan memiliki kemampuan yang baik untuk berbagi informasi atau pengetahuan dengan pihak lain khususnya kepada sesama petani.
Informasi yang diperoleh melalui cyber extension baik yang diakses dengan internet maupun telepon genggam dengan fasilitas layanan content informasi pertanian dibagikan langsung secara interaktif ke petani lain baik melalui mekanisme komunikasi face to face maupun penerusan informasi ke petani lain dengan media komunikasi lain (telepon misalnya).
. Petani maju juga dapat menulis informasi yang diperolehnya pada papan informasi sehingga petani lain setiap saat dapat mengakses dengan mudah.
2. Pemanfaatan cyber extension oleh fasilitator telecenter dan disebarkan ke petani lain
Pemanfaatan cyber extension pada tipe kedua adalah melalui fasilitator atau operator telecenter sebagai perantara. Mekanisme pemanfaatan cyber extension tipe kedua dapat dioptimalkan di lokasi yang tersedia access point semacam Telecenter Kartini Mandiri di Batu yang dikembangkan oleh World Bank. Selain informasi yang dapat diakses secara online, telecenter diharapkan juga menyediakan informasi elektronis dalam bentuk compact disk atau pangkalan data yang dapat diakses secara offline. Informasi yang diakses oleh fasilitator disederhanakan dan diteruskan ke petani baik dalam bentuk tercetak dalam bentuk selebaran dan penulisan/penempelan dalam papan pengumuman maupun elektronis dalam bentuk compact disk dan dalam pangkalan data. Fasilitator juga dapat menjembatani komunikasi secara interaktif dengan sumber informasi yang diperlukan petani melalui mekanisme pemanfaatan teknologi informasi yang ada di telecenter. Misalnya promosi usaha tani melalui internet dan konsultasi usahatani dengan para pakar. Petani yang dapat berhubungan langsung dengan telecenter dapat membagikan informasi yang diperolehnya kepada petani lain melalui berbagai media komunikasi yang ada di lingkungan misalnya melalui pengembangan kapasitas kelembagaan komunikasi lokal sebagai forum media.
3. Pemanfaatan cyber extension oleh komunitas (lembaga komunikasi lokal) dan disebarkan ke petani lain
Pemanfaatan cyber extension pada tipe ketiga adalah melalui komunitas petani. Informasi yang diperoleh petani dari berbagai sumber termasuk melalui pemanfaatan cyber extension disederhanakan (didampingi fasilitator atau penyuluh) dan dikemas dalam bahasa lokal sehingga mudah dipahami petani. Informasi yang sudah disederhanakan dapat dijadikan sebagai bahan siaran radio. Petani secara interaktif juga dapat menyampaikan umpan baliknya melalui komunitas ini. Radio komunitas juga dapat berfungsi untuk menjembatani petani dalam akses informasi secara interaktif maupun dalam promosi hasil usahataninya sekaligus dapat difungsikan sebagai forum media.
4. Pemanfaatan cyber extension oleh penyuluh disebarkan secara interaktif ke petani maju dan secara konvensional disampaikan langsung maupun tidak langsung ke petani pada umumnya
Pemanfaatan cyber extension pada tipe keempat adalah melalui penyuluh. Mekanisme pemanfaatan cyber extension tipe keempat dapat dioptimalkan apabila penyuluh atau pendamping petani telah memiliki kapasitas yang memadai untuk pengelolaan dan akses informasi dengan pemanfaatan teknologi informasi. Informasi yang diakses melalui cyber extension oleh penyuluh disederhanakan dan dikemas kembali sebagai bahan atau materi penyuluhan dan selanjutnya disebarkan melalui jejaring sosial atau sebagai bahan untuk pertemuan kelompok. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, penyuluh juga dapat berinteraksi secara interaktif dengan petani dalam pelaksanaan kegiatan konsultasi dan fasilitasi kegiatan usahatani. Penyuluh juga dapat memanfaatkan komunitas yang telah memiliki media komunikasi lokal yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan inovasi yang telah diolahnya kepada petani di lingkungannya.
Dalam disertasi ini dijelaskan dengan lugas, bahwa peningkatan kapasitas penyuluh dalam aplikasi teknologi informasi untuk pemanfaatan dan pengelolaan informasi perlu dilakukan agar mampu menjadi jembatan untuk mempercepat arus sistem informasi berbasis teknologi informasi ke tingkat pengguna akhir (petani) dan membangun komunikasi secara interaktif melalui cyber extension. Pengembangan komunikasi secara interaktif dengan melibatkan petani, penyuluh, dan tim pakar perlu dilakukan dengan mengaktifkan dan merevitalisasi forum online yang telah tersedia di situs-situs Lembaga di lingkup Kementerian Pertanian.
Setelah menyimak hasil-hasil tinjauan pustaka dan disertasi tersebut diatas, tidak berlebihan kiranya, diambil kesimpulan betapa pentingnya segera dilaksanakan mekansime Cyber Extension di lingkungan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanaan Pangan Kabupaten Serang. Hal ini bisa dimulai dengan memfasilitasi akses internet dan mengajak partisipasi aktif dari seluruh Penyuluh Pertanian khususnya untuk mendukung berjalannya proses Apresiasi Cyber Extension ini. Semoga!

Oleh : Ir.Retno Yuliastuti, MM (Penyuluh Pertanian Muda)/Admin Serang

Serang, 31 Maret 2012


Kamis, 20 September 2012

Menulis Itu (Tidak) Mudah


PimRed SinarTani
PemRed Sinar Tani
penulisan karya tulis ilmiah populer
menulis itu (tidak) mudah


peserta diklat
peserta diklat


sejarah Sinar Taniredaksi Sinar Tani

Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Populer bagi Penyuluh Pertanian Angkatan I dan II telah diselenggarakan pada tanggal 7-14 Juni 2012 oleh PPMKP Kementan bertempat di Ciawi Bogor, diselingi juga kunjungan ke Dewan Redaksi Koran Sinar Tani, sahabat petani dan para Penyuluh. Penulis, atas nama Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Serang berkesempatan untuk mengikuti diklat ini.
  Diklat ini sangat bermanfaat bagi para Penyuluh Pertanian, khususnya dalam rangka memudahkan untuk menulis karya tulis ilmiah populer yang dapat menambah angka kredit tentunya. Namun, terlepas dari angka kredit, menulis bisa menjadi bagian dari pencarian ilmu dan menambah ilmu untuk mendukung kelancaran tugas para Penyuluh. Ternyata menulis itu (tidak) mudah. Namun kita masih bisa terus belajar.

Kamis, 06 September 2012

Diklat Blogger di PPMKP Ciawi, Bogor


Hari Jumat, 7 September 2012 memasuki hari ke-empat, 60 Penyuluh Pertanian dari 12 Provinsi di Indonesia mengikuti diklat pembuatan weblog berbasis website. Inilah suasana diklat di komplek Tirta PPMKP, Ciawi, Bogor. Diklat akan berlangsung sampai dengan hari Rabu, 12 September 2012.